Hadits Bukhari 6685-6725 Bab Mengharap dan Bab Khabar Ahad

Hadits Bukhari Bab Mengharap dan Bab Khabar Ahad Nomor 6685 s/d 6725

Topik Hadits:

  1. Impian dan
    impian kesyahidan

  2. Impian
    kebaikan

  3. Ucapan Rasulullah, Kalaulah aku bisa
    mengulang kembali yang telah lewat

  4. Sabda Nabi Shallallahu’alaihiwasallam,
    Sekiranya aku tahu

  5. Impian bisa menguasai
    alquran dan ilmu

  6. Impian
    yang dilarang

  7. Ucapan, kalaulah Allah tak memberi petunjuk,
    kita tak dapat petunjuk

  8. Dilarang mengimpikan
    bertemu musuh

  9. Ucapan sekiranya
    yang dibolehkan

  10. Bab Khabar Ahad

  • Dibolehkan berita satu orang
    sebagai hujjah (argumentasi)

  • Nabi ShallAllahu ‘alaihi wa Salam mengutus Zubair
    sebagai mata-mata seorang diri

  • Firman Allah Ta’ala, Janganlah kalian masuk ke rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
    kecuali jika kalian diizinkan…

  • Apa yang diutus Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam
    kepada para pemimpin

  • Wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam
    kepada para utusan Arab

  • Kabar seorang
    wanita

  • Impian dan impian kesyahidan

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ
    سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلَا أَنَّ رِجَالًا يَكْرَهُونَ أَنْ يَتَخَلَّفُوا بَعْدِي وَلَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُهُمْ مَا تَخَلَّفْتُ لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ

    (BUKHARI – 6685) : Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Ufair telah menceritakan kepadaku Al Laits telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Khalid dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dan Sa’id bin Musayyab, bahwa Abu Hurairah mengatakan; aku mendengar Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-NYA, kalaulah bukan karena pertimbangan beberapa orang yang tidak suka jika mereka ketinggalan atau pun aku memang tidak punya kendaraan untuk mengangkut mereka, niscaya aku tidak pernah absen (dari peperangan), sungguh aku berkeinginan jika terbunuh dalam rangka (perang) fi sabilillah kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh, kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh, kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh.”

    حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ وَدِدْتُ أَنِّي أُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَقُولُهُنَّ ثَلَاثًا أَشْهَدُ بِاللَّهِ

    (BUKHARI – 6686) : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf Telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda; “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-NYA, sungguh aku suka jika aku berperang fi sabilillah lantas aku terbunuh, kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh, kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh.” Abu Hurairah mengulanginya tiga kali; “saya bersaksi atas nama Allah.”

    Impian kebaikan

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ هَمَّامٍ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ
    عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ كَانَ عِنْدِي أُحُدٌ ذَهَبًا لَأَحْبَبْتُ أَنْ لَا يَأْتِيَ عَلَيَّ ثَلَاثٌ وَعِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ لَيْسَ شَيْءٌ أَرْصُدُهُ فِي دَيْنٍ عَلَيَّ أَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهُ

    (BUKHARI – 6687) : Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Nashr telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma’mar dari Hammam ia mendengar Abu Hurairah dari Nabi , beliau bersabda; “Sekiranya aku mempunyai emas sebesar gunung Uhud, sungguh aku pun tetap berkeinginan untuk tidak mempunyai tiga dinar padahal aku masih mempunyai satu dinar, itupun tak ada alasan bagiku untuk mencarinya selain karena ada hutang yang harus kubayar, yang kuharap ada orang menerima pembayaran hutangku.”

    Ucapan Rasulullah, Kalaulah aku bisa mengulang kembali yang telah lewat

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ
    قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا سُقْتُ الْهَدْيَ وَلَحَلَلْتُ مَعَ النَّاسِ حِينَ حَلُّوا

    (BUKHARI – 6688) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab telah menceritakan kepadaku ‘Urwah, bahwasanya Aisyah mengatakan, Rasulullah bersabda: “Jika aku bisa mengulang kembali apa yang telah lewat, niscaya tidak kutuntun binatang korban ini, dan aku bertahallul bersama orang-orang ketika mereka bertahallul.”

    حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
    كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَبَّيْنَا بِالْحَجِّ وَقَدِمْنَا مَكَّةَ لِأَرْبَعٍ خَلَوْنَ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ فَأَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَطُوفَ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَأَنْ نَجْعَلَهَا عُمْرَةً وَنَحِلَّ إِلَّا مَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيٌ قَالَ وَلَمْ يَكُنْ مَعَ أَحَدٍ مِنَّا هَدْيٌ غَيْرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَطَلْحَةَ وَجَاءَ عَلِيٌّ مِنْ الْيَمَنِ مَعَهُ الْهَدْيُ فَقَالَ أَهْلَلْتُ بِمَا أَهَلَّ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا نَنْطَلِقُ إِلَى مِنًى وَذَكَرُ أَحَدِنَا يَقْطُرُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَوْ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا أَهْدَيْتُ وَلَوْلَا أَنَّ مَعِي الْهَدْيَ لَحَلَلْتُ قَالَ وَلَقِيَهُ سُرَاقَةُ وَهُوَ يَرْمِي جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَنَا هَذِهِ خَاصَّةً قَالَ لَا بَلْ لِأَبَدٍ قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ قَدِمَتْ مَعَهُ مَكَّةَ وَهِيَ حَائِضٌ فَأَمَرَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَنْسُكَ الْمَنَاسِكَ كُلَّهَا غَيْرَ أَنَّهَا لَا تَطُوفُ وَلَا تُصَلِّي حَتَّى تَطْهُرَ فَلَمَّا نَزَلُوا الْبَطْحَاءَ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنْطَلِقُونَ بِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ وَأَنْطَلِقُ بِحَجَّةٍ قَالَ ثُمَّ أَمَرَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ أَنْ يَنْطَلِقَ مَعَهَا إِلَى التَّنْعِيمِ فَاعْتَمَرَتْ عُمْرَةً فِي ذِي الْحَجَّةِ بَعْدَ أَيَّامِ الْحَجِّ

    (BUKHARI – 6689) : Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Umar telah menceritakan kepada kami Yazid dari Habib dari ‘Atho` dari Jabir bin Abdullah mengatakan; ‘kami bersama Rasulullah , kemudian kami mengucapkan niat talbiyah untuk haji, ketika kami tiba di Mekkah tanggal empat Dzul hijjah, Nabi memerintahkan kami untuk melakukan thawaf di baitullah dan (sa’i) di Shafa dan Marwa, dan agar kami menjadikannya sebagai Umrah, maka kami bertahallul kecuali bagi mereka yang terlanjur membawa korban.’ Kata Jabir; ‘dan tidak ada seorangpun dari kami yang membawa binatang korban selain Nabi dan Tolhah. Datanglah Ali dari Yaman sambil membawa binatang korban, kemudian ia berucap; ‘Saya mengucapkan niat sebagaimana Rasulullah berniat.’ Para sahabat berujar; ‘Kami akan berangkat ke Mina, sedang kemaluan salah seorang diantara kami meneteskan air mani.’ Maka Rasulullah bersabda; “kalaulah aku bisa mengulang kembali apa yang telah lewat, niscaya aku tidak menyembelih korban, kalaulah aku tidak membawa binatang korban niscaya aku akan bertahallul.” Kata Jabir; kemudian Suraqah menemui beliau yang saat itu sedang melempar jumrah ‘aqabah, ia berujar; “Wahai Rasulullah, apakah umrah seperti ini khusus bagi kami?” Nabi menjawab: “TIDAK, bahkan untuk selamanya.” Kata Jabir; ‘dan Aisyah bersama Beliau tiba di Makkah dalam keadaan haidh, maka Nabi memerintahkannya untuk melakukan seluruh manasik kecuali ia tidak boleh thawaf dan tidak shalat hingga suci. Tatkala mereka telah singgah di Bathha`, Aisyah berkata; “Wahai Rasulullah, apakah kalian bertolak untuk haji dan ‘umrah sedang aku hanya untuk haji?” Jabir melanjutkan; kemudian Rasulullah memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar as Siddiq untuk bertolak bersamanya ke Tan’im, dan Aisyah berumrah di bulan Dzulhijjah, masih dalam hari-hari haji.

    Sabda Nabi Shallallahu’alaihiwasallam, Sekiranya aku tahu

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ
    أَرِقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ لَيْتَ رَجُلًا صَالِحًا مِنْ أَصْحَابِي يَحْرُسُنِي اللَّيْلَةَ إِذْ سَمِعْنَا صَوْتَ السِّلَاحِ قَالَ مَنْ هَذَا قَالَ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ جِئْتُ أَحْرُسُكَ فَنَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى سَمِعْنَا غَطِيطَهُ
    قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَتْ عَائِشَةُ قَالَ بِلَالٌ
    أَلَا لَيْتَ شِعْرِي هَلْ أَبِيتَنَّ لَيْلَةً
    بِوَادٍ وَحَوْلِي إِذْخِرٌ وَجَلِيلُ
    فَأَخْبَرْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

    (BUKHARI – 6690) : Telah menceritakan kepada kami Khalid bin makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal telah menceritakan kepadaku Yahya bin sa’id, aku mendengar Abdullah bin Amir bin Rabi’ah mengatakan, Aisyah menuturkan; Suatu malam Rasulullah tidak bisa tidur, lantas beliau mengatakan: “Duhai sekiranya ada seorang laki-laki shalih dari sahabatku menjagaku malam ini” Tiba-tiba kami mendengar suara senjata. Nabi bertanya: “siapa ini?” Sa’d menjawab; “Ya Rasulullah, aku datang untuk menjagamu!” maka Nabi tidur hingga aku mendengar suara nafas beliau. Abu Abdullah mengatakan “dan Aisyah mengatakan, Bilal mengatakan; “duhai seandainya aku tinggal pada malam ini, di suatu lembah di sekelilingku idkhir dan jalil.”

    Impian bisa menguasai alquran dan ilmu

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
    قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحَاسُدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يَقُولُ لَوْ أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ هَذَا لَفَعَلْتُ كَمَا يَفْعَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا يُنْفِقُهُ فِي حَقِّهِ فَيَقُولُ لَوْ أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ لَفَعَلْتُ كَمَا يَفْعَلُ
    حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ بِهَذَا

    (BUKHARI – 6691) : Telah menceritakan kepada kami Ustman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah mengatakan, Rasulullah bersabda: “Tidak diperbolehkan dengki selain dalam dua hal, seseorang yang Allah beri al qur`an lantas ia baca sepanjang malam dan siang, sehingga ada orang lain berkata; ‘Kalaulah aku diberi kurnia seperti orang itu, niscaya kulakukan sebagaimana yang dia lakukan.’ Dan seseorang yang Allah beri harta, ia belanjakan menurut haknya sehingga orang mengatakan; ‘Kalaulah aku diberi seperti yang dikaruniakan kepada dia, niscaya kulakukan sebagaimana yang dia lakukan.'” Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dengan hadist ini.

    Impian yang dilarang

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ قَالَ قَالَ أَنَسٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
    لَوْلَا أَنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تَتَمَنَّوْا الْمَوْتَ لَتَمَنَّيْتُ

    (BUKHARI – 6692) : Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Rabi’ telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari ‘Ashim dari Nadhr bin Anas mengatakan, Anas radliallahu ‘anhu menuturkan; kalaulah aku tidak mendengar Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian mengharap kematian, ” niscya aku mengharapkannya.’

    حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ ابْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ قَيْسٍ قَالَ أَتَيْنَا خَبَّابَ بْنَ الْأَرَتِّ
    نَعُودُهُ وَقَدْ اكْتَوَى سَبْعًا فَقَالَ لَوْلَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالْمَوْتِ لَدَعَوْتُ بِهِ

    (BUKHARI – 6693) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah menceritakan kepada kami ‘Abdah dari Ibnu abi Khalid dari Qais mengatakan; Pernah kami mendatangi Khabbab bin Al Arat untuk membesuknya, yang ketika itu ia telah berobat dengan kay (di temple dengan besi panas) sebanyak tujuh kali, dia mengatakan; ‘Kalaulah Rasulullah tidak melarang kami memohon kematian, niscaya aku memohonnya.’

    حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ اسْمُهُ سَعْدُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَزْهَرَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ

    (BUKHARI – 6694) : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Abu Ubaid, namanya Sa’d bin Ubaid maula Abdurrahman bin Azhar, dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Jangan salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian, kalaulah dia orang baik, siapa tahu bisa menambah kebaikannya, kalaulah dia jahat, siapa tahu ia bisa meminta penangguhan (untuk bertaubat).”

    Ucapan, kalaulah Allah tak memberi petunjuk, kita tak dapat petunjuk

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ شُعْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ
    كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْقُلُ مَعَنَا التُّرَابَ يَوْمَ الْأَحْزَابِ وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ وَارَى التُّرَابُ بَيَاضَ بَطْنِهِ يَقُولُ لَوْلَا أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا نَحْنُ وَلَا تَصَدَّقْنَا وَلَا صَلَّيْنَا فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا إِنَّ الْأُلَى وَرُبَّمَا قَالَ الْمَلَا قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا إِذَا أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا أَبَيْنَا يَرْفَعُ بِهَا صَوْتَهُ

    (BUKHARI – 6695) : Telah menceritakan kepada kami Abdan telah mengabarkan kepada kami Ayahku dari Syu’bah telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Albara` bin ‘Azib mengatakan; Nabi bersama kami memindahkan tanah pada perang Ahzab, dan aku lihat beliau menimbun tanah yang mengakibatkan kelihatan putih kedua ketiaknya, beliau mengucapkan; “Kalaulah bukan karena Engkau kami tidak dapat petunjuk, tidak pula bersedekah, tidak juga shalat. Maka turunkanlah ketenangan bagi kami, Sesungguhnya sekelompok kaum –atau sepertinya Barra’ mengatakan pemuka kaum- telah sewenang-wenang terhadap kami, jika mereka ingin berbuat onar kami mengelak, kami mengelak,,, ” sambil beliau tinggikan volume suaranya.

    Dilarang mengimpikan bertemu musuh

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ سَالِمٍ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ
    وَكَانَ كَاتِبًا لَهُ قَالَ كَتَبَ إِلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أَوْفَى فَقَرَأْتُهُ فَإِذَا فِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ

    (BUKHARI – 6696) : Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin Umar telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Musa bin Uqbah dari Salim abu an Nadhr, maula Umar bin Ubaidullah yang ia sekaligus penulisnya, mengatakan, Abdullah bin Abu Awfa berkirim surat kepadanya dan aku membacanya, yang dalam isi suratnya tertulis; Rasulullah bersabda: “Jangan kalian mengharapkan bertemu musuh, dan mintalah keselamatan kepada Allah.”

    Ucapan sekiranya yang dibolehkan

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ ذَكَرَ ابْنُ عَبَّاسٍ
    الْمُتَلَاعِنَيْنِ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَدَّادٍ أَهِيَ الَّتِي قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كُنْتُ رَاجِمًا امْرَأَةً مِنْ غَيْرِ بَيِّنَةٍ قَالَ لَا تِلْكَ امْرَأَةٌ أَعْلَنَتْ

    (BUKHARI – 6697) : Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari Al Qashim bin Muhammad mengatakan, Ibnu ‘Abbas mengisahkan perihal dua orang yang saling meli’an. Lantas Abdullah bin Syadad bertanya; Itukah wanita yang dimaksudkan Rasulullah dalam sabdanya; “Kalaulah aku merajam seorang wanita tanpa bukti, (niscaya kurajam), ” Ibnu Abbas menjawab “tidak, justru wanita yang dirajam dengan tanpa bukti ialah jika ia secara terang-terangan mengakui perzinahannya.”

    حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا عَطَاءٌ قَالَ
    أَعْتَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعِشَاءِ فَخَرَجَ عُمَرُ فَقَالَ الصَّلَاةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَقَدَ النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ فَخَرَجَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ يَقُولُ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ وَقَالَ سُفْيَانُ أَيْضًا عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالصَّلَاةِ هَذِهِ السَّاعَةَ
    قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَخَّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الصَّلَاةَ فَجَاءَ عُمَرُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَقَدَ النِّسَاءُ وَالْوِلْدَانُ فَخَرَجَ وَهُوَ يَمْسَحُ الْمَاءَ عَنْ شِقِّهِ يَقُولُ إِنَّهُ لَلْوَقْتُ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي وَقَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا عَطَاءٌ لَيْسَ فِيهِ ابْنُ عَبَّاسٍ أَمَّا عَمْرٌو فَقَالَ رَأْسُهُ يَقْطُرُ وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ يَمْسَحُ الْمَاءَ عَنْ شِقِّهِ وَقَالَ عَمْرٌو لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ إِنَّهُ لَلْوَقْتُ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي وَقَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا مَعْنٌ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ عَمْرٍو عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

    (BUKHARI – 6698) : Telah menceritakan kepada kami ‘Ali telah menceritakan kepada kami Sufyan, ‘Amru mengatakan, telah menceritakan kepada kami ‘ Atho’ mengatakan, Nabi menangguhkan shalat isya’ agak malam, maka Umar keluar (dari masjid) dan mengatakan; ‘Mari tegakkan shalat ya Rasulullah, wanita dan anak-anak telah tidur! ‘ Nabi muncul dari kamarnya dan kepalanya meneteskan air sambil berkata: “Kalaulah tidak memberatkan umatku -atau dengan redaksi; tidak memberatkan manusia -, ” sedangkan Sufyan mengatakan; atas umatku – niscaya kuperintahkan kepada mereka untuk shalat dengan waktu seperti ini.” Ibnu Juraij mengatakan, dari ‘Atho` dari Ibnu ‘Abbas menuturkan; Nabi menangguhkan shalat ini, maka Umar datang dan mengatakan; ‘Ya Rasulullah, para wanita dan anak-anak telah tertidur’ lantas beliau muncul sedang beliau sambil mengusap air dari lambungnya sambil mengatakan; “inilah waktu untuk shalat isya’, kalau saja tidak memberatkan umatku.” Dan Amru mengatakan telah menceritakan kepada kami ‘Atho, dalam sanadnya tidak menyebutkan Ibnu Abbas. Amru mengatakan; kepalanya meneteskan (air). sedang Ibnu Juraij mengatakan; mengusap air dari lambungnya. Dan Amru mengatakan; “Kalaulah tidak memberatkan atas umatku.” Sedang Ibnu Juraij mengatakan; “sungguh ini adalah waktu semestinya, kalaulah tidak memberatkan umatku.” Sedang Ibrahim bin Al Mundzir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’an, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Muslim dari ‘Amru dari ‘Atho` dari Ibnu Abbas dari Nabi .

    حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ

    (BUKHARI – 6699) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ja’far bin Rabi’ah dari Abdurrahman aku mendengar Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda: “Kalaulah tidak memberatkan umatku, niscaya kuperintahkan mereka bersiwak.”

    حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
    وَاصَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخِرَ الشَّهْرِ وَوَاصَلَ أُنَاسٌ مِنْ النَّاسِ فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَوْ مُدَّ بِيَ الشَّهْرُ لَوَاصَلْتُ وِصَالًا يَدَعُ الْمُتَعَمِّقُونَ تَعَمُّقَهُمْ إِنِّي لَسْتُ مِثْلَكُمْ إِنِّي أَظَلُّ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ
    تَابَعَهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مُغِيرَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

    (BUKHARI – 6700) : Telah menceritakan kepada kami ‘Ayyasy bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Abdul A’la telah menceritakan kepada kami Humaid dari Tsabit dari Anas radliallahu ‘anhu, mengatakan; Nabi menyambung akhir bulan (untuk tetap berpuasa) sehingga sahabat lain menyambungnya (wishal). Berita ini sampai kepada Nabi , sehingga beliau bersabda; “Kalaulah bulan dipanjangkan bagiku, niscaya kulakuan puasa wishal, sehingga orang-orang yang berlebihan dalam beragama meninggalkan kebiasaan berlebih-lebihannya, Sungguh aku tidak seperti kalian, Tuhanku senantiasa memberiku makan dan minum.” hadist ini diperkuat oleh Sulaiman bin Mughirah dari Tsabit dari Anas dari Nabi .

    حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ
    نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْوِصَالِ قَالُوا فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ قَالَ أَيُّكُمْ مِثْلِي إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ فَلَمَّا أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا وَاصَلَ بِهِمْ يَوْمًا ثُمَّ يَوْمًا ثُمَّ رَأَوْا الْهِلَالَ فَقَالَ لَوْ تَأَخَّرَ لَزِدْتُكُمْ كَالْمُنَكِّلِ لَهُمْ

    (BUKHARI – 6701) : Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri dan Al Laits berkata; telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Khalid dari Ibn Syihab bahwasanya Sa’id bin Musayyab mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Hurairah berkata, “Rasulullah melarang puasa wishal, Para sahabat mengemukakan alasan, “Anda sendiri puasa wishal ya Rasulullah!” Nabi menjawab: “Siapa di antara kalian yang bisa sepertiku, sungguh tuhanku selalu memberiku makan dan minum.” Tatkala para sahabat enggan menghentikan wishalnya, beliau menyambung puasanya bersama mereka hari demi hari, kemudian mereka melihat hilal (bulan sabit), lantas Nabi berkata: “Jika bulan itu terlambat, niscaya kutambah lagi puasanya, ” seolah-olah beliau ingin menghukum para sahabatnya.”

    حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ حَدَّثَنَا أَشْعَثُ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
    سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْجَدْرِ أَمِنَ الْبَيْتِ هُوَ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَمَا لَهُمْ لَمْ يُدْخِلُوهُ فِي الْبَيْتِ قَالَ إِنَّ قَوْمَكِ قَصَّرَتْ بِهِمْ النَّفَقَةُ قُلْتُ فَمَا شَأْنُ بَابِهِ مُرْتَفِعًا قَالَ فَعَلَ ذَاكِ قَوْمُكِ لِيُدْخِلُوا مَنْ شَاءُوا وَيَمْنَعُوا مَنْ شَاءُوا وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمَكِ حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ بِالْجَاهِلِيَّةِ فَأَخَافُ أَنْ تُنْكِرَ قُلُوبُهُمْ أَنْ أُدْخِلَ الْجَدْرَ فِي الْبَيْتِ وَأَنْ أَلْصِقْ بَابَهُ فِي الْأَرْضِ

    (BUKHARI – 6702) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash telah menceritakan kepada kami Asy’ats dari Al Aswad bin Yazid dari ‘Aisyah berkata, “Aku bertanya Nabi tentang Hijir Ismail, apakah termasuk baitullah?” Nabi menjawab: “Ya.” Aku bertanya, “Mengapa para sahabat tidak memasukkannya dalam baitullah?” Nabi menjawab: “Kaummu dahulu kekurangan dana renovasi.” Aku bertanya, “Lantas bagaimana pintunya ditinggikan?” Nabi menjawab: “Kaummu melakukan yang sedemikian untuk memasukkan siapa saja yang dikehendakinya, dan melarang siapa saja yang dikehendaki, kalaulah bukan karena kaummu yang baru saja masuk Islam sehingga aku khawatir hati mereka menolak, niscaya kumasukkan Hijir Ismail dalam Ka’bah, dan kuratakan pintunya dengan tanah.”

    حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
    قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأً مِنْ الْأَنْصَارِ وَلَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا وَسَلَكَتْ الْأَنْصَارُ وَادِيًا أَوْ شِعْبًا لَسَلَكْتُ وَادِيَ الْأَنْصَارِ أَوْ شِعْبَ الْأَنْصَارِ

    (BUKHARI – 6703) : Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib telah menceritakan kepada kami Abuz Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda: “Kalaulah bukan karena hijrah, maka aku adalah seorang Anshar, kalaulah manusia mengarungi lembah dan Anshar mengarungi lembah lain atau lereng gunung, niscaya aku mengarungi lembah Anshar atau lereng gunung Anshar.”

    حَدَّثَنَا مُوسَى حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ
    عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأً مِنْ الْأَنْصَارِ وَلَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا أَوْ شِعْبًا لَسَلَكْتُ وَادِيَ الْأَنْصَارِ وَشِعْبَهَا
    تَابَعَهُ أَبُو التَّيَّاحِ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الشِّعْبِ

    (BUKHARI – 6704) : Telah menceritakan kepada kami Musa telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari ‘Amru bin Yahya dari ‘Abbad bin Tamim dari ‘Abdullah bin Zaid dari Nabi , beliau bersabda: “Kalaulah bukan karena hijrah, niscaya aku menjadi orang Anhsar, dan kalaulah manusia menempuh sebuah lembah atau lereng gunung, niscaya aku mengarungi lembah Anshar atau lereng gunungnya.” Hadis ini diperkuat oleh Abu Thayyah dari Anas dari Nabi .

    Bab Khabar Ahad

    Dibolehkan berita satu orang sebagai hujjah (argumentasi)

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ قَالَ
    أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لَا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

    (BUKHARI – 6705) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah telah menceritakan kepada kami Malik bin Al Huwairits berkata, “Kami mendatangi Nabi yang ketika itu kami masih muda sejajar umurnya, kemudian kami bermukim di sisi beliau selama dua puluh malam. Rasulullah adalah seorang pribadi yang lembut. Maka ketika beliau menaksir bahwa kami sudah rindu dan selera terhadap isteri-isteri kami, beliau bersabda: “Kembalilah kalian untuk menemui isteri-isteri kalian, berdiamlah bersama mereka, ajari dan suruhlah mereka, ” dan beliau menyebut beberapa perkara yang sebagian kami ingat dan sebagiannya tidak, “dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat. Jika shalat telah tiba, hendaklah salah seorang di antara kalian melakukan adzan dan yang paling dewasa menjadi imam.”

    حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
    قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ قَالَ يُنَادِي لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ وَلَيْسَ الْفَجْرُ أَنْ يَقُولَ هَكَذَا وَجَمَعَ يَحْيَى كَفَّيْهِ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا وَمَدَّ يَحْيَى إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَتَيْنِ

    (BUKHARI – 6706) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad dari Yahya dari At Taimi dari Abu Utsman dari Ibn Mas’ud berkata, “Rasulullah bersabda: “Janganlah adzan bilal mencegah kalian dari makan sahur, sebab dia adzan -atau ia katakan dengan redaksi ‘memanggil’- agar orang yang shalat malam pulang, dan yang tidur agar bangun, fajar itu bukan, beliau katakan begini -Yahya mendemontrasikannya dengan menyatukan kedua telapak tangannya-hingga beliau katakan begini -Yahya mendemontrasikannya dengan merenggangkan kedua jarinya, telunjuk dan jari tengah.”

    حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
    عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ بِلَالًا يُنَادِي بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ

    (BUKHARI – 6707) : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Aziz bin Muslim telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar, aku mendengar Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma dari Nabi , beliau bersabda: “Bilal mengumandangkan adzan di waktu malam, silahkan makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.”

    حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
    صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيلَ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ

    (BUKHARI – 6708) : Telah menceritakan kepada kami Hafs bin Umar telah menceritakan kepada kami Syu’bah Al Hakam dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari Abdullah berkata, “Nabi mengimami kami shalat zhuhur sebanyak lima rakaat, maka beliau ditegur ‘Apakah shalat sekarang ditambah? ‘ Nabi bertanya: ‘Memang berapa shalatku? ‘ para sahabat menjawab, “Lima rakaat, ” maka beliau sujud dua kali setelah mengucapkan salam.”

    حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ مِنْ اثْنَتَيْنِ فَقَالَ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ أَقَصُرَتْ الصَّلَاةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمْ نَسِيتَ فَقَالَ أَصَدَقَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أُخْرَيَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ فَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ ثُمَّ رَفَعَ

    (BUKHARI – 6709) : Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Ayyub dari Muhammad dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah menyelesaikan shalatnya padahal baru melakukan dua rakaat. Karenanya Dzul Yadaini bertanya, ‘Apakah engkau meringkas shalat ya Rasulullah, ataukah engkau sekedar lupa? ‘ Nabi balik bertanya: ‘Apakah Dzul Yadaini benar? ‘ Para sahabat menjawab, ‘Benar! Lantas Rasulullah berdiri dan melanjutkan shalat dua rakaat berikutnya, kemudian beliau mengucapkan salam, kemudian bertakbir, kemudian sujud seperti sujudnya atau lebih lama, kemudian mengangkat sujudnya, kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya, kemudian beliau mengangkat sujudnya.”

    حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ
    بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ فَاسْتَدَارُوا إِلَى الْكَعْبَةِ

    (BUKHARI – 6710) : Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar berkata, “Tatkala para sahabat di Quba’ sedang melakukan shalat subuh, tiba-tiba ada seorang utusan mendatangi mereka seraya berkata, ‘Rasulullah malam tadi diturunkan kepadanya ayat Al Qur’an yang berisi perintah untuk menghadap Ka’bah! ‘ Waktu itu wajah mereka sedang menghadap ke arah Syam, maka secara spontan mereka memalingkan ke Ka’bah.”

    حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ
    لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى
    { قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا }
    فَوُجِّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ وَصَلَّى مَعَهُ رَجُلٌ الْعَصْرَ ثُمَّ خَرَجَ فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ هُوَ يَشْهَدُ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ قَدْ وُجِّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَانْحَرَفُوا وَهُمْ رُكُوعٌ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ

    (BUKHARI – 6711) : Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Israil dari Abu Ishaq dari Al Bara’ ia berkata, “Tatkala Rasulullah tiba di Madinah, beliau shalat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, padahal beliau amat senang jika disuruh menghadap Ka’bah. Maka Allah pun menurunkan ayat: ‘(Kami telah melihat penglihatan wajahmu di langit, maka kami palingkan kamu ke kiblat yang kamu ridhai) ‘ (Qs. Al Baqarah: 144), maka beliau dihadapkan wajahnya ke Ka’bah, ketika itu seseorang shalat ‘ashar bersama beliau, lantas keluar dan melewati sekelompok orang-orang Anshar, lalu ia katakan kepada mereka sekaligus bersaksi bahwa ia telah shalat bersama nabi , dan kiblat beliau telah di hadapkan ke Ka’bah, maka mereka pun menggeser kiblatnya yang ketika itu mereka sedang rukuk pada shalat ‘ashar.”

    حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
    كُنْتُ أَسْقِي أَبَا طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيَّ وَأَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ وَأُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ شَرَابًا مِنْ فَضِيخٍ وَهُوَ تَمْرٌ فَجَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ الْخَمْرَ قَدْ حُرِّمَتْ فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ يَا أَنَسُ قُمْ إِلَى هَذِهِ الْجِرَارِ فَاكْسِرْهَا قَالَ أَنَسٌ فَقُمْتُ إِلَى مِهْرَاسٍ لَنَا فَضَرَبْتُهَا بِأَسْفَلِهِ حَتَّى انْكَسَرَتْ

    (BUKHARI – 6712) : Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Qaza’ah telah menceritakan kepadaku Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik ia berkata, “Pernah aku memberi minum Abu Thalhah Al Anshari, Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Ubbay bin Ka’b berupa minuman dari fadhih atau kurma. Lantas ada seorang utusan mendatangi mereka dan berkata, ‘Hai..sungguh, khamer telah diharamkan! Secara spontan Abu Thalhah berkata, ‘Wahai Anas, bangkit dan pecahkanlah kendi-kendi minuman itu! ‘ Anas berkata, “Maka aku pun ke arah gentong-gentong kami dan kubanting bagian bawahnya hingga remuk.”

    حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ صِلَةَ عَنْ حُذَيْفَةَ
    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِأَهْلِ نَجْرَانَ لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ

    (BUKHARI – 6713) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abu Ishaq dari Shilah dari Khudzaifah, bahwa Nabi berkata kepada penduduk Najran: “Sungguh, akan aku utus untuk kalian seorang laki-laki dan benar-benar terpercaya!” Para sahabat nabi akhirnya mengharap untuk mendapatkan kehormatan tersebut, akhirnya beliau mengutus Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah.”

    حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
    قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ

    (BUKHARI – 6714) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Khalid dari Abu Qilabah dari Anas radliallahu ‘anhu, Nabi bersabda: “Setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan kepercayaan umat ini ialah Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah.”

    حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ حُنَيْنٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَ
    وَكَانَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ إِذَا غَابَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَهِدْتُهُ أَتَيْتُهُ بِمَا يَكُونُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِذَا غِبْتُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَهِدَهُ أَتَانِي بِمَا يَكُونُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

    (BUKHARI – 6715) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Yahya bin Sa’id dari ‘Ubaid bin Hunain dari Ibn ‘Abbas dari Umar radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada seorang laki-laki Anshar yang apabila ia tidak menyertai Rasulullah namun aku mengikutsertai beliau, aku mendatangi orang itu dengan membawa segala berita yang terjadi dari Rasulullah , sebaliknya jika aku tidak menyertai Rasulullah sementara orang itu menyertai beliau, maka ia mendatangiku dengan membawa segala berita yang berasal dari Rasulullah .”

    حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ جَيْشًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ رَجُلًا فَأَوْقَدَ نَارًا وَقَالَ ادْخُلُوهَا فَأَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا وَقَالَ آخَرُونَ إِنَّمَا فَرَرْنَا مِنْهَا فَذَكَرُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِلَّذِينَ أَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا لَوْ دَخَلُوهَا لَمْ يَزَالُوا فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَقَالَ لِلْآخَرِينَ لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

    (BUKHARI – 6716) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Zubaid dari Sa’d bin Ubaidah dari Abu ‘Abdurrahman dari ‘Ali radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi pernah mengutus sepasukan dan mengangkat seseorang sebagai amir mereka, amir tersebut kemudian menyalakan api dan memberi perintah, ‘Masuklah kalian ke api ini! ‘ sebagian mereka ingin memasukinya dan sebagian lain berkata, ‘Bukankah kita sendiri ingin melarikan diri dari api (neraka)? ‘ Akhirnya mereka laporkan kasus tersebut kepada nabi dan beliau bersabda kepada mereka yang ingin memasukinya: “Kalau mereka memasukinya, niscaya mereka tetap dalam api itu hingga kiamat tiba.” Dan beliau berkata kepada sebagian lain: “Sama sekali tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan, ketaatan itu dalam kebaikan.”

    حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ وَزَيْدَ بْنَ خَالِدٍ أَخْبَرَاهُ
    أَنَّ رَجُلَيْنِ اخْتَصَمَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

    (BUKHARI – 6717) : Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Shalih dari Ibn Syihab bahwa ‘Ubaidullah bin Abdullah mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid keduanya mengabarkan kepadanya, bahwa pernah ada dua orang laki-laki mengadukan sengketa kepada nabi .”

    و حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ
    بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَعْرَابِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْضِ لِي بِكِتَابِ اللَّهِ فَقَامَ خَصْمُهُ فَقَالَ صَدَقَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْضِ لَهُ بِكِتَابِ اللَّهِ وَأْذَنْ لِي فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْ فَقَالَ إِنَّ ابْنِي كَانَ عَسِيفًا عَلَى هَذَا وَالْعَسِيفُ الْأَجِيرُ فَزَنَى بِامْرَأَتِهِ فَأَخْبَرُونِي أَنَّ عَلَى ابْنِي الرَّجْمَ فَافْتَدَيْتُ مِنْهُ بِمِائَةٍ مِنْ الْغَنَمِ وَوَلِيدَةٍ ثُمَّ سَأَلْتُ أَهْلَ الْعِلْمِ فَأَخْبَرُونِي أَنَّ عَلَى امْرَأَتِهِ الرَّجْمَ وَأَنَّمَا عَلَى ابْنِي جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اللَّهِ أَمَّا الْوَلِيدَةُ وَالْغَنَمُ فَرُدُّوهَا وَأَمَّا ابْنُكَ فَعَلَيْهِ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ وَأَمَّا أَنْتَ يَا أُنَيْسُ لِرَجُلٍ مِنْ أَسْلَمَ فَاغْدُ عَلَى امْرَأَةِ هَذَا فَإِنْ اعْتَرَفَتْ فَارْجُمْهَا فَغَدَا عَلَيْهَا أُنَيْسٌ فَاعْتَرَفَتْ فَرَجَمَهَا

    (BUKHARI – 6718) : Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud bahwa Abu Hurairah berkata, “Ketika kami di sisi Rasulullah , tiba-tiba ada seorang laki-laki dari arab badui (nomade, primitife) berujar “Wahai Rasulullah, putuskanlah aku dengan kitabullah.” Lantas lawan sengketanya berkata, “Dia benar Wahai Rasulullah, putuskanlah dia dengan kitabullah dan ijinkanlah aku untuk bicara.” Nabi menjawab: “Silahkan engkau bicara! Orang itu lalu berkata, “Aku mempunyai anak laki-laki yang menjadi pembantu orang ini. Lantas anakku berzina dengan isterinya, orang-orang mengabarkan kepadaku bahwa anak laki-lakiku harus dirajam, hanya aku kemudian menebusnya dengan seratus ekor unta dan seorang hamba sahaya. Kemudian aku bertanya kepada ulama, dan mereka mengabarkan kepadaku bahwa isterinya harus dirajam sedang anakku dicambuk (dera) sebanyak seratus kali dan diasingkan selama setahun.” Lantas nabiyullah bersabda: “Sungguh, akan aku putuskan kalian berdua dengan kitabullah, adapun hamba sahaya dan kambing, maka kembalikanlah keduanya, adapun anak laki-lakimu ia harus didera seratus kali dan diasingkan selama setahun, adapun engkau wahai Unais Al aslami -yaitu seorang laki-laki dari bani Aslam-temuilah si wanita, jika ia mengaku, maka rajamlah dia.” Unais kemudian bergegas pergi menemui si wanita dan ia mengaku, lantas Unais merajamnya.”

    Nabi ShallAllahu ‘alaihi wa Salam mengutus Zubair sebagai mata-mata seorang diri

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمَدِينِيِّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُنْكَدِرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
    نَدَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ ثُمَّ نَدَبَهُمْ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ ثُمَّ نَدَبَهُمْ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ ثَلَاثًا فَقَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيٌّ وَحَوَارِيَّ الزُّبَيْرُ
    قَالَ سُفْيَانُ حَفِظْتُهُ مِنْ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ وَقَالَ لَهُ أَيُّوبُ يَا أَبَا بَكْرٍ حَدِّثْهُمْ عَنْ جَابِرٍ فَإِنَّ الْقَوْمَ يُعْجِبُهُمْ أَنْ تُحَدِّثَهُمْ عَنْ جَابِرٍ فَقَالَ فِي ذَلِكَ الْمَجْلِسِ سَمِعْتُ جَابِرًا فَتَابَعَ بَيْنَ أَحَادِيثَ سَمِعْتُ جَابِرًا قُلْتُ لِسُفْيَانَ فَإِنَّ الثَّوْرِيَّ يَقُولُ يَوْمَ قُرَيْظَةَ فَقَالَ كَذَا حَفِظْتُهُ مِنْهُ كَمَا أَنَّكَ جَالِسٌ يَوْمَ الْخَنْدَقِ قَالَ سُفْيَانُ هُوَ يَوْمٌ وَاحِدٌ وَتَبَسَّمَ سُفْيَانُ

    (BUKHARI – 6719) : Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Abdullah bin Al Madini telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ibnul Munkadir berkata, “Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Pada perang Khandaq Rasulullah memberi sebuah anjuran. Anjuran itu langsung dikerjakan oleh Zubair. Rasul memberi anjuran mereka lagi, dan secara spontan anjuran itu dikerjakan oleh Zubair. Nabi memberi anjuran lagi, dan lagi-lagi segera disambut oleh Zubair (ia mengulanginya tiga kali). Lantas nabi bersabda: “Setiap nabi mempunyai pembela, dan pembelaku adalah Zubair.” Sufyan berkata, “Aku menghafalnya dari Ibnul munkadir, ” Ayyub kemudian berkata kepadanya (Sufyan), ‘Wahai Abu Bakar, ceritakanlah kepada mereka yang berasal dari Jabir, sebab orang-orang itu merasa senang jika engkau menceritakan kepada mereka dari Jabir! Kemudian Sufyan berkata di majlis tersebut “Aku mendengar Jabir -lantas ia perkuat antara hadis-hadis-, ‘Aku mendengar Jabir.” Aku bertanya kepada Sufyan, “‘Ats Tsauri berkata bahwa itu terjadi di hari perang Quraizhah, lantas ia katakan, ‘Demikian aku menghafalnya dari Jabir, sebagaimana engkau duduk di perang Khandaq.’ Sufyan berkata, ‘Itu terjadi sama-sama dalam satu hari, ‘ lantas Sufyan tersenyum.”

    Firman Allah Ta’ala, Janganlah kalian masuk ke rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kecuali jika kalian diizinkan…

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي مُوسَى
    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ حَائِطًا وَأَمَرَنِي بِحِفْظِ الْبَابِ فَجَاءَ رَجُلٌ يَسْتَأْذِنُ فَقَالَ ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ فَإِذَا أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ جَاءَ عُمَرُ فَقَالَ ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ ثُمَّ جَاءَ عُثْمَانُ فَقَالَ ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ

    (BUKHARI – 6720) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Utsman dari Abu Musa, bahwa Nabi pernah masuk kebun dan menyuruhku untuk menjaga pintu. Setelah itu datanglah seseorang dan minta ijin untuk masuk, nabi kemudian berkata: “Berilah ia ijin, dan berilah kabar gembira kepadanya dengan surga!” Tak tahunya yang datang adalah Abu Bakar. Kemudian Umar datang dan nabi berkata: “Berilah ijin dia, dan berilah kabar gembira dengan surga.” Kemudian Utsman datang dan nabi berkata: “Berilah ia ijin, dan berilah kabar gembira dengan surga.”

    حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ بْنِ حُنَيْنٍ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَ
    جِئْتُ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَشْرُبَةٍ لَهُ وَغُلَامٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْوَدُ عَلَى رَأْسِ الدَّرَجَةِ فَقُلْتُ قُلْ هَذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَأَذِنَ لِي

    (BUKHARI – 6721) : Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Yahya dari ‘Ubaid bin Hunain ia mendengar Ibnu Abbas dari Umar radliallahu ‘anhum berkata, “Aku datang, tak tahunya Rasulullah sedang berada sebuah tempat minumnya, dan pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang hitam sedang berada puncak tangga. Aku katakan ‘Tolong sampaikan, Aku Umar bin Khattab! Nabi pun mengijinkanku.”

    Apa yang diutus Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam kepada para pemimpin

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ
    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ بِكِتَابِهِ إِلَى كِسْرَى فَأَمَرَهُ أَنْ يَدْفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ الْبَحْرَيْنِ يَدْفَعُهُ عَظِيمُ الْبَحْرَيْنِ إِلَى كِسْرَى فَلَمَّا قَرَأَهُ كِسْرَى مَزَّقَهُ فَحَسِبْتُ أَنَّ ابْنَ الْمُسَيَّبِ قَالَ فَدَعَا عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ

    (BUKHARI – 6722) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yunus dari Ibn Syihab bahwa ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Utbah bahwa Abdullah bin Abbas mengabarkan kepadanya, “Rasulullah mengutus utusan membawa suratnya ke Kisra, beliau perintahkan ajudannya untuk menyerahkannya ke penguasa Bahrain, dan penguasa Bahran agar menyampaikan kepada Kisra. Ketika Kisra membacanya, ia langsung merobek-robeknya.” Dan kutaksir Ibnul Musayyab menyebutkan, “Dan Rasulullah mendoakan kecelakaan atas mereka, agar dihancurkan sehancur-hancurnya.”

    حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ الْأَكْوَعِ
    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ مِنْ أَسْلَمَ أَذِّنْ فِي قَوْمِكَ أَوْ فِي النَّاسِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ أَنَّ مَنْ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ

    (BUKHARI – 6723) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Yazid bin Abu Ubaid telah menceritakan kepada kami Salamah bin Al Akwa’, bahwa Rasulullah pernah bersabda kepada seseorang bani Aslam: ‘Umumkanlah di kalangan kaummu atau di tengah-tengah masyarakat di hari ‘Asyura, siapa yang terlanjur makan hendaklah menyempurnakan sisa harinya, dan siapa yang belum makan hendaklah berpuasa.”

    Wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam kepada para utusan Arab

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يُقْعِدُنِي عَلَى سَرِيرِهِ فَقَالَ
    لِي إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ لَمَّا أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ الْوَفْدُ قَالُوا رَبِيعَةُ قَالَ مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ أَوْ الْقَوْمِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ كُفَّارَ مُضَرَ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ وَنُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا فَسَأَلُوا عَنْ الْأَشْرِبَةِ فَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ وَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَأَظُنُّ فِيهِ صِيَامُ رَمَضَانَ وَتُؤْتُوا مِنْ الْمَغَانِمِ الْخُمُسَ وَنَهَاهُمْ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ وَالنَّقِيرِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ قَالَ احْفَظُوهُنَّ وَأَبْلِغُوهُنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ

    (BUKHARI – 6724) : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Ja’d telah mengabarkan kepada kami Syu’bah. (dalam jalur lain disebutkan) telah menceritakan kepadaku Ishaq telah mengabarkan kepada kami An Nadlr telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Abu Jamrah ia berkata, ” Ibnu Abbas mendudukkan aku di atas tempat tidurnya dan berkata kepadaku, “Utusan Abdul Qais tatkala mendatangi Rasulullah , beliau bertanya: ‘Siapa utusan-utusan ini? ‘ Mereka menjawab, “Rabi’ah!” Nabi kemudian mengucapkan: “Selamat datang wahai para utusan -atau sepertinya mengucapkan-, Selamat datang kaum, dengan tanpa terhinakan dan penyesalan.” Mereka katakan, “Ya Rasulullah, antara kami dan engkau ada orang-orang kafir Mudlar, maka suruhlah kami dengan sebuah perintah yang karenanya kami bisa masuk surga dan bisa kami kabarkan kepada orang-orang yang di belakang kami.” Lantas mereka bertanya perihal minuman-minuman. Kemudian Rasul melarang mereka empat hal, dan memerintahkan mereka empat hal. Memerintahkan mereka beriman kepada Allah. Beliau bertanya: “Tahukah kalian iman kepada Allah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih tahu!” Beliau menjawab: “Yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat -dan aku taksir dalam perintahnya ada puasa bulan ramadhan-, dan kalian bayarkan seperlima bagian ghanimah.” Dan nabi melarang mereka dari duba’, hantam, muzaffat, naqir, dan rupanya beliau juga berkata almuqayyar. Nabi meneruskan: “Jagalah itu semua, dan sampaikan itu semua kepada orang yang berada di belakang kalian.”

    Kabar seorang wanita

    Dalam sebuah riwayat dikatakan:

    حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ تَوْبَةَ الْعَنْبَرِيِّ قَالَ قَالَ لِي الشَّعْبِيُّ
    أَرَأَيْتَ حَدِيثَ الْحَسَنِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَاعَدْتُ ابْنَ عُمَرَ قَرِيبًا مِنْ سَنَتَيْنِ أَوْ سَنَةٍ وَنِصْفٍ فَلَمْ أَسْمَعْهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ هَذَا قَالَ كَانَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِمْ سَعْدٌ فَذَهَبُوا يَأْكُلُونَ مِنْ لَحْمٍ فَنَادَتْهُمْ امْرَأَةٌ مِنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَحْمُ ضَبٍّ فَأَمْسَكُوا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا أَوْ اطْعَمُوا فَإِنَّهُ حَلَالٌ أَوْ قَالَ لَا بَأْسَ بِهِ شَكَّ فِيهِ وَلَكِنَّهُ لَيْسَ مِنْ طَعَامِي

    (BUKHARI – 6725) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Taubah Al ‘Anbari berkata, Asy Sya’bi berkata kepadaku, “Tahukah engkau hadits Al Hasan dari nabi ? Dan aku sering duduk bersama Ibnu Umar kurang lebih dua tahun atau setahun setengah, namun aku tidak mendengarnya dari Nabi selain ini, ia katakan “Beberapa orang sahabat nabi yang di antaranya adalah Sa’d makan daging. Lantas seorang isteri Nabi memanggil mereka “Hai.. itu daging biawak!” Maka mereka menghentikan santapannya. Lantas Rasulullah bersabda: “Makanlah, ” atau dengan redaksi “santaplah, ia adalah halal.” Atau dengan redaksi “Tidak masalah, ” perawi ragu, namun biawak bukan makananku.”

    . . . . . . . . .

    . . . . . . . . .

    . . . . . . . . .

    Back to Top

    Pos ini dipublikasikan di Hadits. Tandai permalink.