Hadits Bukhari 913-935 Bab Dua Hari Raya

Hadits Bukhari 913-935 Bab Dua Hari Raya

Tidak Disukai Membawa Senjata Pada Hari Raya dan Memasuki al-Haram (Tanah Suci)

حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ يَحْيَى أَبُو السُّكَيْنِ قَالَ حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُوقَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ
كُنْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ حِينَ أَصَابَهُ سِنَانُ الرُّمْحِ فِي أَخْمَصِ قَدَمِهِ فَلَزِقَتْ قَدَمُهُ بِالرِّكَابِ فَنَزَلْتُ فَنَزَعْتُهَا وَذَلِكَ بِمِنًى فَبَلَغَ الْحَجَّاجَ فَجَعَلَ يَعُودُهُ فَقَالَ الْحَجَّاجُ لَوْ نَعْلَمُ مَنْ أَصَابَكَ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ أَنْتَ أَصَبْتَنِي قَالَ وَكَيْفَ قَالَ حَمَلْتَ السِّلَاحَ فِي يَوْمٍ لَمْ يَكُنْ يُحْمَلُ فِيهِ وَأَدْخَلْتَ السِّلَاحَ الْحَرَمَ وَلَمْ يَكُنْ السِّلَاحُ يُدْخَلُ الْحَرَمَ
(BUKHARI – 913) : Telah menceritakan kepada kami Zakaria bin Yahya Abu As Sukain berkata, telah menceritakan kepada kami Al Muharibi berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Suqah dari Sa’id bin Jubair berkata, “Aku pernah besama Ibnu ‘Umar saat dia terkena ujung panah pada bagian lekuk telapak kakinya. Dia lalu merapatkan kakinya pada tunggangannya, lalu aku turun dan melepaskannya. Kejadiaan itu terjadi di Mina. Kemudian peristiwa ini didengar oleh Al Hajjaj, maka dia pun menjenguknya seraya berkata, “Seandainya kami ketahui siapa yang membuatmu terkena mushibah ini!” Maka Ibnu ‘Umar menyahut, “Engkaulah yang membuat aku terkena mushibah ini.” Al Hajjaj berkata, “Bagaimana bisa!” Ibnu ‘Umar menjawab, “Engkau yang membawa senjata di hari yang tidak diperbolehkan membawanya. Dan engkau pula yang membawa masuk senjata ke dalam Masjidil Haram padahal tidak diperbolehkan membawa masuk senjata ke dalam Masjidil Haram pada hari ini.”
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَعْقُوبَ قَالَ حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
دَخَلَ الْحَجَّاجُ عَلَى ابْنِ عُمَرَ وَأَنَا عِنْدَهُ فَقَالَ كَيْفَ هُوَ فَقَالَ صَالِحٌ فَقَالَ مَنْ أَصَابَكَ قَالَ أَصَابَنِي مَنْ أَمَرَ بِحَمْلِ السِّلَاحِ فِي يَوْمٍ لَا يَحِلُّ فِيهِ حَمْلُهُ يَعْنِي الْحَجَّاجَ
(BUKHARI – 914) : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ya’qub berkata, telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Sa’id bin Al ‘Ash dari Bapaknya berkata, “Al Hajjaj datang menemui Ibnu ‘Umar, dan saat itu aku sedang bersamanya. Al Hajjaj lalu bertanya, “Bagaimana keadaannya?” Ibnu ‘Umar menjawab, “Baik.” Al Hajjaj bertanya lagi, “Siapa yang melukaimu?” Ibnu ‘Umar menjawab, ‘Yang melukai aku adalah orang yang memerintahkan membawa senjata pada suatu hari yang mana pada hari itu dilarang membawanya.’ Yaitu Al Hajjaj.”

Menyegerakan Pelaksanaan Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ
خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ النَّحْرِ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ عَجَّلَهُ لِأَهْلِهِ لَيْسَ مِنْ النُّسُكِ فِي شَيْءٍ فَقَامَ خَالِي أَبُو بُرْدَةَ بْنُ نِيَارٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا ذَبَحْتُ قَبْلَ أَنْ أُصَلِّيَ وَعِنْدِي جَذَعَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُسِنَّةٍ قَالَ اجْعَلْهَا مَكَانَهَا أَوْ قَالَ اذْبَحْهَا وَلَنْ تَجْزِيَ جَذَعَةٌ عَنْ أَحَدٍ بَعْدَكَ
(BUKHARI – 915) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Zubaid dari Asy Sya’bi dari Al Bara’ berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi khutbah kepada kami pada hari Nahr (penyembelihan kurban), beliau sabdakan: “Sesungguhnya yang pertama kali kami lakukan pada hari Raya kami ini adalah shalat. Kemudian kami pulang dan melaksanakan penyembelihan kurban. Maka barangsiapa mengerjakan seperti itu berarti dia telah memenuhi sunnah kami. Dan barangsiapa menyembelih kurban sebelum pelaksanaan shalat ‘Ied maka itu hanyalah daging yang dipersembahkan untuk keluarganya dan tidak sedikitpun mendapatkan (pahala) ibadah kurban.” Tiba-tiba pamanku, Abu Burdah bin Niyar, berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih hewan sebelum aku shalat, namun aku masih memiliki anak kambing yang lebih baik dari kambing yang telah berumur dua tahun.” Maka beliau pun bersabda: “Jadikanlah ia sebagai pengganti (dari apa yang telah kamu sembelih sebelum shalat).” Atau beliau mengatakan: “Sembelihlah, namun hal itu tidak mencukupi oleh orang selainmu.”

Keutamaan Beramal Pada Hari-hari Tasyriq

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
(BUKHARI – 916) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ar’arah berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Sulaiman dari Muslim Al Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak ada amal yang lebih utama pada hari-hari (tasyriq) ini selian berkurban.” Para sahabat berkata, “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi.”

Mengumandangkan Takbir Selama Hari-hari Berada di Mina dan Keesokan Harinya Pergi ke ‘Arafah untuk Melaksanakan Wuquf

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الثَّقَفِيُّ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ
وَنَحْنُ غَادِيَانِ مِنْ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ عَنْ التَّلْبِيَةِ كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُونَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ يُلَبِّي الْمُلَبِّي لَا يُنْكَرُ عَلَيْهِ وَيُكَبِّرُ الْمُكَبِّرُ فَلَا يُنْكَرُ عَلَيْهِ
(BUKHARI – 917) : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim berkata, telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas berkata, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abu Bakar Ats Tsaqafi berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin Malik -saat itu kami berdua sedang berangkat dari Mina menuju ‘Arafah- tentang talbiyyah, ‘Bagaimana kalian melaksanakannya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam? ‘ Dia menjawab, “Di antara kami ada seorang yang membaca talbiyyah, namun hal itu tidak diingkari, dan ada yang bertakbir namun hal itu juga tidak diingkari.”
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ عَاصِمٍ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ
كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ
(BUKHARI – 918) : Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Hafsh berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku dari ‘Ashim dari Hafshah dari Ummu ‘Athiyyah berkata, “Pada hari Raya Ied kami diperintahkan untuk keluar sampai-sampai kami mengajak para anak gadis dari kamarnya dan juga para wanita yang sedang haid. Mereka duduk di belakang barisan kaum laki-laki dan mengucapkan takbir mengikuti takbirnya kaum laki-laki, dan berdoa mengikuti doanya kaum laki-laki dengan mengharap barakah dan kesucian hari raya tersebut.”

Shalat Dengan Menjadikan Tombak Sebagai Sutrah (Pembatas) pada Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ تُرْكَزُ الْحَرْبَةُ قُدَّامَهُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالنَّحْرِ ثُمَّ يُصَلِّي
(BUKHARI – 919) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahhab berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menancapkan tombak pada hari Raya Fitri dan hari Raya kurban, kemudian beliau shalat.”

Meletakkan Tongkat Pendek atau Tongkat Kecil (Sebagai Sutrah) Orang Yang Shalat Pada Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَمْرٍو الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْدُو إِلَى الْمُصَلَّى وَالْعَنَزَةُ بَيْنَ يَدَيْهِ تُحْمَلُ وَتُنْصَبُ بِالْمُصَلَّى بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا
(BUKHARI – 920) : Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al Mundzir Al Hizami berkata, telah menceritakan kepada kami Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Amru Al Auza’i berkata, telah mengabarkan kepadaku Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat menuju tempat shalat sedang di tangan beliau ada sebuat tongkat, tongkat tersebut beliau tancapkan di depannya lalu shalat menhhadap ke arahnya.”

Keluarnya Para Wanita dan Wanita Yang Sedang Haidl (ke Tempat Shalat) Pada Shalat hari Raya

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ
أَمَرَنَا نَبِيُّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنْ نُخْرِجَ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ
وَعَنْ أَيُّوبَ عَنْ حَفْصَةَ بِنَحْوِهِ وَزَادَ فِي حَدِيثِ حَفْصَةَ قَالَ أَوْ قَالَتْ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَيَعْتَزِلْنَ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى
(BUKHARI – 921) : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdul Wahhab berkata, Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad dari Ummu ‘Athiyyah berkata, “Nabi kami shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk mengeluarkan para gadis remaja kami dan wanita-wanita yang dipingit di rumah.” Dan dari Ayyub dari Hafshah seperti riwayat ini juga. Dalam hadits Hafshah ditambahkan, beliau bersabda. Atau Ummu ‘Athiyyah berkata, “Para gadis remaja kami dan wanita-wanita yang dipingit di rumah, dan wanita-wanita hadi menjauhi tempat shalat.”

Keluarnya Anak-Anak (ke Tempat Shalat) Pada Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبَّاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَابِسٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ
خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ
(BUKHARI – 922) : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Abbas berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Abdurrahman bin ‘Abis berkata, Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat Hari Raya Fitri atau Adlha. Beliau melaksanakan shalat kemudian menyampaikan khutbah. Setelah itu, beliau mendatangi para wanita dan memberi pelajaran kepada mereka, mengingatkan dan memerintahkan agar bersedekah.”

Imam Menghadap Ke Arah Jama’ah Saat Menyampaikan Khuthbah Hari Raya

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أَضْحًى إِلَى الْبَقِيعِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ وَقَالَ إِنَّ أَوَّلَ نُسُكِنَا فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نَبْدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ وَافَقَ سُنَّتَنَا وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلَ ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْءٌ عَجَّلَهُ لِأَهْلِهِ لَيْسَ مِنْ النُّسُكِ فِي شَيْءٍ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ذَبَحْتُ وَعِنْدِي جَذَعَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُسِنَّةٍ قَالَ اذْبَحْهَا وَلَا تَفِي عَنْ أَحَدٍ بَعْدَكَ
(BUKHARI – 923) : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Thalhah dari Zubaid dari Asy Sya’bi dari Al Bara’ berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada hari Raya kurban menuju Baqi’, beliau lalu melaksanakan shalat dua rakaat, setelahitu beliau menghadap ke arah kami dan bersabda: “Sesungguhnya yang pertama dari ‘ibadah kita pada Hari Raya kita ini adalah memulai dengan melaksanakan shalat, kemudian kembali ke rumah dan menyembelih hewan kurban. Barangsiapa melaksanakan seperti itu berarti telah sesuai dengan sunnah kita. Dan barangsiapa menyembelih kurban sebelum shalat, maka itu hanyalah sesuatu yang dipersembahkan untuk keluarganya dan tidak ada sedikitpun termasuk dari ibadah kita ini.” Lalu berdirilah seorang laki-laki dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih (sebelum shalat), namun aku masih memiliki anak kambing yang lebih baik dari kambing yang telah berumur dua tahun?” Beliau pun bersabda: “Sembelihlah. Namun ini tidak berlaku bagi seorang pun setelahmu.”

Tanda atau Bendera Yang Dipasang Pada Area Tempat Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَابِسٍ قَالَ
سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قِيلَ لَهُ أَشَهِدْتَ الْعِيدَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ وَلَوْلَا مَكَانِي مِنْ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُهُ حَتَّى أَتَى الْعَلَمَ الَّذِي عِنْدَ دَارِ كَثِيرِ بْنِ الصَّلْتِ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلَالٌ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ فَرَأَيْتُهُنَّ يَهْوِينَ بِأَيْدِيهِنَّ يَقْذِفْنَهُ فِي ثَوْبِ بِلَالٍ ثُمَّ انْطَلَقَ هُوَ وَبِلَالٌ إِلَى بَيْتِهِ
(BUKHARI – 924) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrahman bin ‘Abis berkata, aku mendengar Ibnu ‘Abbas ketika dikatakan kepadanya, “Apakah engkau pernah menghadiri shalat ‘Ied bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?” Dia menjawab, “Ya. Kalau seandainya bukan karena kedudukanku yang masih kecil, tentu aku tak akan turut serta, hingga beliau mendatangi tanda yang ada di sisi rumah Katsir bin Ash Shalt. Beliau lalu shalat dan memberikan khutbah. Setelah itu beliau mendatangi jama’ah para wanita bersama Bilal, beliau memberi pelajaran kepada para wanita tersebut, mengingatkan mereka dan memerintahkan agar bersedekah. Maka aku menyaksikan para wanita tersebut memberikan apa yang ada pada tangan mereka (emas perhiasan), mereka meletakkannya ke dalam kain yang di bawa oleh Bilal. Setelah itu beliau dan Bilal pergi menuju rumahnya.”

Nasehat Imam Kepada Para Wanita Pada Hari Raya

حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ نَصْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفِطْرِ فَصَلَّى فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ خَطَبَ فَلَمَّا فَرَغَ نَزَلَ فَأَتَى النِّسَاءَ فَذَكَّرَهُنَّ وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى يَدِ بِلَالٍ وَبِلَالٌ بَاسِطٌ ثَوْبَهُ يُلْقِي فِيهِ النِّسَاءُ الصَّدَقَةَ
قُلْتُ لِعَطَاءٍ زَكَاةَ يَوْمِ الْفِطْرِ قَالَ لَا وَلَكِنْ صَدَقَةً يَتَصَدَّقْنَ حِينَئِذٍ تُلْقِي فَتَخَهَا وَيُلْقِينَ قُلْتُ أَتُرَى حَقًّا عَلَى الْإِمَامِ ذَلِكَ وَيُذَكِّرُهُنَّ قَالَ إِنَّهُ لَحَقٌّ عَلَيْهِمْ وَمَا لَهُمْ لَا يَفْعَلُونَهُ
(BUKHARI – 925) : Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Ibrahim bin Nashr berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Atha’ dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, Aku mendengarnya berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri untuk melaksanakan shalat pada hari Raya Iedul Fitri, dan yang pertama kali beliau kerjakan adalah shalat, baru kemudian menyampaikan khutbah. Selesai khutbah beliau turun (dari mimbar) dan mendatangi jama’ah wanita untuk mengingatkan mereka dengan bersandar pada tangan Bilal, sementara Bilal sendiri membentangkan kain miliknya hingga para wanita tersebut memasukkan sedekahnya ke dalam kain tersebut.” Aku bertanya kepada ‘Atha, ‘Apakah itu zakat fitri? ‘ ia menjawab, ‘Bukan, tetapi sedekah yang mereka keluarkan pada saat itu, mereka memberikan anting dan gelang mereka.’ Aku bertanya lagi, ‘Bagaimana pendapatmu jika masa sekarang ini seorang Imam mendatangi jama’ah para wanita lalu mengingatkan mereka tentang itu? ‘ ‘Atha menjawab, ‘Yang demikian itu merupakan hak mereka (para Imam), dan apa alasanya mereka tidak boleh melakukannya? ‘
قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ وَأَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
شَهِدْتُ الْفِطْرَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ يُصَلُّونَهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ يُخْطَبُ بَعْدُ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ حِينَ يُجَلِّسُ بِيَدِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ يَشُقُّهُمْ حَتَّى جَاءَ النِّسَاءَ مَعَهُ بِلَالٌ فَقَالَ
{ يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ }
الْآيَةَ ثُمَّ قَالَ حِينَ فَرَغَ مِنْهَا آنْتُنَّ عَلَى ذَلِكِ قَالَتْ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ لَمْ يُجِبْهُ غَيْرُهَا نَعَمْ لَا يَدْرِي حَسَنٌ مَنْ هِيَ قَالَ فَتَصَدَّقْنَ فَبَسَطَ بِلَالٌ ثَوْبَهُ ثُمَّ قَالَ هَلُمَّ لَكُنَّ فِدَاءٌ أَبِي وَأُمِّي فَيُلْقِينَ الْفَتَخَ وَالْخَوَاتِيمَ فِي ثَوْبِ بِلَالٍ
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ الْفَتَخُ الْخَوَاتِيمُ الْعِظَامُ كَانَتْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ
(BUKHARI – 926) : Ibnu Juraij berkata; telah mengabarkan kepadaku Al Hasan bin Muslim dari Thawus dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah menghadiri shalat ‘Idul Fitri bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman? radliallahu ‘anhum. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah, dan menyampaikan khutbah setelah shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian pergi dan aku melihat seakan beliau memberi isyarat dengan tangannya agar jama’ah tetap duduk di tempatnya. Kemudian beliau melewati dan membelah shaf-shaf mereka hingga sampai pada jama’ah para wanita, dan saat itu Bilal juga bersama beliau. Beliau kemudian membaca ayat: ‘(Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, …) ‘ (Qs. Al Mumtahanah: 12), selesai membaca ayat tersebut beliau mengatakan: “Apakah kalian siap untuk itu?” salah seorang wanita dari mereka -dan tidak ada yang berani menjawab selain dia- berkata, “Ya.” -namun Hasan tidak tahu siapa wanita tersebut. Perawi berkata, “Kemudian mereka bersedekah dan Bilal membentangkan selembar kain, kemudian Bilal berkata, “Demi bapak dan ibuku, kemarilah! Sungguh, itu akan menjadi tebusan bagi kalian.” Mereka kemudian melemparkan gelang (besar) dan cincin mereka ke dalam kain yang dibawa oleh Bilal.” Abdurrazaq berkata, “Al Fatakh adalah cincin besar (gelang) yang bisa mereka pakai pada masa jahiliyah.”

Bila Seseorang Wanita Tidak Memiliki Jilbab Pada Hari Raya

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ قَالَتْ
كُنَّا نَمْنَعُ جَوَارِيَنَا أَنْ يَخْرُجْنَ يَوْمَ الْعِيدِ فَجَاءَتْ امْرَأَةٌ فَنَزَلَتْ قَصْرَ بَنِي خَلَفٍ فَأَتَيْتُهَا فَحَدَّثَتْ أَنَّ زَوْجَ أُخْتِهَا غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ غَزْوَةً فَكَانَتْ أُخْتُهَا مَعَهُ فِي سِتِّ غَزَوَاتٍ فَقَالَتْ فَكُنَّا نَقُومُ عَلَى الْمَرْضَى وَنُدَاوِي الْكَلْمَى فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعَلَى إِحْدَانَا بَأْسٌ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهَا جِلْبَابٌ أَنْ لَا تَخْرُجَ فَقَالَ لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا فَلْيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ حَفْصَةُ فَلَمَّا قَدِمَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ أَتَيْتُهَا فَسَأَلْتُهَا أَسَمِعْتِ فِي كَذَا وَكَذَا قَالَتْ نَعَمْ بِأَبِي وَقَلَّمَا ذَكَرَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَتْ بِأَبِي قَالَ لِيَخْرُجْ الْعَوَاتِقُ ذَوَاتُ الْخُدُورِ أَوْ قَالَ الْعَوَاتِقُ وَذَوَاتُ الْخُدُورِ شَكَّ أَيُّوبُ وَالْحُيَّضُ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى وَلْيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ فَقُلْتُ لَهَا الْحُيَّضُ قَالَتْ نَعَمْ أَلَيْسَ الْحَائِضُ تَشْهَدُ عَرَفَاتٍ وَتَشْهَدُ كَذَا وَتَشْهَدُ كَذَا
(BUKHARI – 927) : Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Hafshah binti Sirin berkata, “Dahulu kami melarang anak-anak gadis remaja kami keluar untuk ikut melaksanakan shalat di Hari Raya ‘Ied. Lalu datanglah seorang wanita ke kampung Bani Khalaf, maka aku pun menemuinya. Lalu ia menceritakan bahwa suami dari saudara perempuannya pernah ikut perang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak dua belas peperangan, dan saudara perempuannya itu pernah mendampingi suaminya dalam enam kali peperangan.” Ia (saudara wanitanya itu) berkata, “Kami merawat orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka.” Saudara perempuanku bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah berdosa bila seorang dari kami tidak keluar karena tidak memiliki jilbab?” Beliau menjawab: “Hendaklah temannya meminjamkan jilbabnya, sehingga mereka dapat menyaksikan kebaikan dan mendo’akan Kaum Muslimin.” Hafshah berkata, “Ketika Ummu ‘Athiyyah datang, aku menemuinya dan kutanyakan kepadanya, ‘Apakah kamu pernah mendengar tentang ini dan ini? ‘ Dia menjawab, ‘Iya. Demi bapakku’. Dan setiap kali dia menceritakan tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia selalu mengatakan ‘Demi bapakku’. Beliau bersabda: “Keluarkanlah para gadis remaja yang dipingit dalam rumah.” Atau beliau bersabda: “Para gadis remaja dan wanita-wanita yang dipingit dalam rumah -Ayyub masih ragu- dan wanita yang sedang haid. Dan hendaklah wanita yang sedang haid dijauhkan dari tempat shalat, agar mereka dapat menyaksikan kebaikah dan mendo’akan Kaum Muslimin.” Hafshah berkata, “Aku bertanya kepadanya, ‘Wanita yang sedang haid juga? ‘ Dia menjawab, ‘Bukankah mereka juga hadir di ‘Arafah dan menyaksikan ini dan itu? ‘.”

Para Wanita Yang Sedang Haidl Menjauh dari Tempat Shalat

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ ابْنِ عَوْنٍ عَنْ مُحَمَّدٍ قَالَ قَالَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ
أُمِرْنَا أَنْ نَخْرُجَ فَنُخْرِجَ الْحُيَّضَ وَالْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ قَالَ ابْنُ عَوْنٍ أَوْ الْعَوَاتِقَ ذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلْنَ مُصَلَّاهُمْ
(BUKHARI – 928) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu ‘Adi dari Ibnu ‘Aun dari Muhammad berkata, ” Ummu ‘Athiyyah berkata, “Kami diperintahkan untuk keluar, maka kami keluarkan pula para wanita yang sedang haid, gadis remaja dan wanita-wanita yang dipingit dalam rumah.” Ibnu Aun menyebutkan, “Atau gadis-gadis remaja yang dipingit. Adapun wanita haid, maka mereka dapat menyaksikan (menghadiri) jama’ah kaum Muslimin dan mendo’akan mereka, dan hendaklah mereka menjauhi tempat shalat mereka (kaum laki-laki).”

Qurban dan Penyembelihan Dilaksanakan Di Tempat Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي كَثِيرُ بْنُ فَرْقَدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْحَرُ أَوْ يَذْبَحُ بِالْمُصَلَّى
(BUKHARI – 929) : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits berkata, telah menceritakan kepadaku Katsir bin Farqad dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berkurban atau menyembelih hewan kurban di tempat shalat.”

Pembicaraan Imam dan Orang-orang Ketika Sedang Menyampaikan Khuthbah dan Apabila Imam Ditanya Tentang Sesuatu Saat Dia Sedang Berkhuthbah

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ قَالَ حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ الْمُعْتَمِرِ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ
خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ النَّحْرِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاتَنَا وَنَسَكَ نُسْكَنَا فَقَدْ أَصَابَ النُّسُكَ وَمَنْ نَسَكَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَتِلْكَ شَاةُ لَحْمٍ فَقَامَ أَبُو بُرْدَةَ بْنُ نِيَارٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ لَقَدْ نَسَكْتُ قَبْلَ أَنْ أَخْرُجَ إِلَى الصَّلَاةِ وَعَرَفْتُ أَنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ فَتَعَجَّلْتُ وَأَكَلْتُ وَأَطْعَمْتُ أَهْلِي وَجِيرَانِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ شَاةُ لَحْمٍ قَالَ فَإِنَّ عِنْدِي عَنَاقَ جَذَعَةٍ هِيَ خَيْرٌ مِنْ شَاتَيْ لَحْمٍ فَهَلْ تَجْزِي عَنِّي قَالَ نَعَمْ وَلَنْ تَجْزِيَ عَنْ أَحَدٍ بَعْدَكَ
(BUKHARI – 930) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash berkata, telah menceritakan kepada kami Manshur bin Al Mutamir dari Asy Sya’bi dari Al Bara’ bin ‘Azib berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan khutbah pada hari kurban setelah shalat. Beliau katakan: “Barangsiapa shalat seperti shalat kita dan melaksanakan manasik (penyembelihan kurban) seperti kita berarti telah mendapatkan pahala berkurban. Dan barangsiapa menyembelih kurban sebelum shalat maka itu hanyalah kambing yang dinikmati dagingnya.” Maka Abu Burdah bin Niyar berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih sebelum aku keluar untuk shalat, dan aku mengetahui bahwa hari ini adalah hari makan dan minum, aku lalu menyegerakan penyembelihannya, kemudian aku berikan kepada keluarga dan para tetanggaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Itu hanyalah kambing yang dinikmati dagingnya.” Abu Burdah bertanya lagi, “Namun aku masih memiliki anak kambing yang lebih baik dari kambing yang telah aku sembelih itu. Apakah dibenarkan kalau aku menyembelihnya?” Beliau menjawab: “Ya. Akan tetapi tidak boleh untuk seorangpun setelah kamu.”
حَدَّثَنَا حَامِدُ بْنُ عُمَرَ عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ خَطَبَ فَأَمَرَ مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ أَنْ يُعِيدَ ذَبْحَهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ جِيرَانٌ لِي إِمَّا قَالَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَإِمَّا قَالَ بِهِمْ فَقْرٌ وَإِنِّي ذَبَحْتُ قَبْلَ الصَّلَاةِ وَعِنْدِي عَنَاقٌ لِي أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ شَاتَيْ لَحْمٍ فَرَخَّصَ لَهُ فِيهَا
(BUKHARI – 931) : Telah menceritakan kepada kami Hamid bin ‘Umar dari Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad bahwa Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat hari Raya kurban kemudian menyampaikan khutbah, beliau katakan: “Barangsiapa menyembelih hewan sebelum shalat, maka dia harus menyembelih ulang.” Lalu berdirilah seorang laki-laki Anshar seraya berkata, “Wahai Rasulullah, para tetanggaku!” Orang itu entah berkata, “Mereka sangat membutuhkan.” atau “Mereka orang-orang miskin. Dan aku telah menyembelih kurban sebelum shalat. Namun aku masih punya anak kambing yang lebih aku cintai dari pada kambing yang telah aku sembelih?” Maka beliau pun memberikan keringanan untuk orang itu.”
حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ جُنْدَبٍ قَالَ
صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ ذَبَحَ فَقَالَ مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيَذْبَحْ أُخْرَى مَكَانَهَا وَمَنْ لَمْ يَذْبَحْ فَلْيَذْبَحْ بِاسْمِ اللَّهِ
(BUKHARI – 932) : Telah menceritakan kepada kami Muslim berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Al Aswad dari Jundub berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat Hari Raya kurban lalu menyampaikan khutbah, beliau katakan: “Barangsiapa menyembelih hewan sebelum shalat maka dia harus menyembelih hewan kurban lain sebagai penggantinya. Dan siapa yang belum menyembelihnya maka sembelihlah atas nama Allah.”

Melewati Jalan Yang Berbeda Antara Berangkat dan Kembali dari Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو تُمَيْلَةَ يَحْيَى بْنُ وَاضِحٍ عَنْ فُلَيْحِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
تَابَعَهُ يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ فُلَيْحٍ وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ عَنْ فُلَيْحٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَحَدِيثُ جَابِرٍ أَصَحُّ
(BUKHARI – 933) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad -yaitu Ibnu Salam- berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Tumailah Yahya bin Wadlih dari Fulaih bin Sulaiman dari Sa’id bin Al Harits dari Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhuma, ia berkata, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat ‘Ied, beliau mengambil jalan yang berbeda (antara berangkat dan kembali).” Hadits ini dikuatkan oleh Yunus bin Muhammad dari Fulaih. Dan Muhammad bin Ash Shalt berkata dari Fulaih dari Sa’id dari Abu Hurairah. Dan hadits Jabir lebih shahih.

Apabila Seseorang Tertinggal Shalat Hari Raya, Maka Hendaklah Dia Shalat Dua Raka’at. Begitu Juga Bagi Para Wanita dan Orang-orang Yang berada di Rumah dan Yang Tinggal Jauh di Dusun.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا جَارِيَتَانِ فِي أَيَّامِ مِنَى تُدَفِّفَانِ وَتَضْرِبَانِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَغَشٍّ بِثَوْبِهِ فَانْتَهَرَهُمَا أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ وَجْهِهِ فَقَالَ دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ فَإِنَّهَا أَيَّامُ عِيدٍ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ أَيَّامُ مِنًى وَقَالَتْ عَائِشَةُ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى الْحَبَشَةِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي الْمَسْجِدِ فَزَجَرَهُمْ عُمَرُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُمْ أَمْنًا بَنِي أَرْفِدَةَ يَعْنِي مِنْ الْأَمْنِ
(BUKHARI – 934) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari ‘Aisyah, bahwa Abu Bakar? radliallahu ‘anhu pernah masuk menemuinya pada hari-hari saat di Mina (Tasyriq). Saat itu ada dua budak yang sedang bermain rebana, sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menutupi wajahnya dengan kain. Kemudian Abu Bakar melarang dan menghardik kedua sahaya itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melepas kain yang menutupi wajahnya seraya bersabda: “Biarkanlah wahai Abu Bakar. Karena ini adalah Hari Raya ‘Ied.” Hari-hari itu adalah hari-hari Mina (Tasyriq).” ‘Aisyah berkata, “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menutupi aku dengan (badannya) sedangkan aku menyaksikan budak-budak Habasyah yang sedang bermain di dalam masjid. Tiba-tiba ‘Umar menghentikan mereka, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Biarkanlah mereka dengan jaminan Bani Arfidah, yaitu keamanan.”

Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Hari Raya

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ الْفِطْرِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا وَمَعَهُ بِلَالٌ
(BUKHARI – 935) : Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Adi bin Tsabit berkata, aku mendengar Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada Hari Raya ‘Iedul Fitri, beliau melaksanakan shalat dua rakaat, tanpa melaksanakan shalat baik sebelum atau sesudahnya. Dan saat itu beliau bersama Bilal? radliallahu ‘anhu.”

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar